Pondasi tiang untuk dermaga
Pondasi tiang pancang
dalam struktur dermaga didesain untuk menerima beban dari berat struktur
dermaga, peralatan penanganan kargo, dan beban-beban lateral yang disebabkan
oleh kondisi lingkungan (arus, gelombang, gempa) dan operasi kapal (berthing,
mooring).
Gambar 2. Contoh pondasi tiang pada
dermaga
Pondasi tiang untuk Jembatan
Pondasi
tiang pancang digunakan untuk pondasi yang tanah permukaannya tidak mempunyai
daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk menahan beban dan tanah
kerasnya yang memiliki daya dukung letaknya sangat dalam (> 10 m).
Gambar 3. Contoh pondasi tiang pada jembatan
Pondasi tiang untuk
Bendungan
Tiang
pancang beton berdasarkan cara pembuatannya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
- Cast in place (tiang beton cor ditempat atau fondasi tiang bor)
- Precast pile (tiang beton dibuat ditempat lain atau dibuat dipabrik).
Fondasi
tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik,
dilokasi) dan baru dipancang sesuai dengan umur beton setelah 28
hari. Karena tegangan tarik beton adalah kecil, sedangkan berat sendiri beton
adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi tulangan yang cukup
kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu
pengangkatan dan pemancangan.
Gambar 4. Contoh pondasi tiang pada bendungan
1.
Parameter Tanah untuk
menentukan daya dukung Pondasi Dangkal
Parameter yang digunakan dalam menentukan Pondasi
Dangkal
1.
Kedalaman
suatu pondasi (Df) dari suatu pondasi yang akan dibangun.
2.
Ukuran
dan bentuk pondasi.
3.
Apabila
perbandingan kedalaman (L) dengan lebar pondasi (B) lebih kecil atau sama
dengan 1, diaplikasikan tanah keras pada kedalaman
1 – 2 m.
4.
Sifat
tanah terhadap penurunan yang akan terjadi pada suatu daerah rencana.
5.
Kedalaman
air tanah yang terdapat pada lokasi studi.
6.
Nilai
parameter tanah (Ɣ,ƈ, dan Ɵ).
7.
Pengaruh
permukaan tanah (ground Factors), Menurut Hansen
2.
Jenis Pengujian Tanah dilapangan
Uji
sondir / CPT (Cone Penetration Test)
Penyelidikan tanah dibutuhkan untuk keperluan desain
pondasi TL. Yang sering digunakan adalah dengan metode sondir. Mengingat bahwa
umumnya rute jalur transmisi sangat panjang dan lokasinya seperti persawahan
dan perbukitan dan jauh dari jalan yang bisa diakses dengan kendaraan roda
empat. Untuk gampangnya dipakai mesin sondir ringan, yaitu dengan kapasitas
sondir 2.5 ton. Dan alat sondir ini mudah diangkut dengan kendaraan kecil (pick
up) dengan bak terbuka dan dibawa ke lokasi penyondiran dengan tenaga manusia.
Tim sondir biasanya terdiri dari 5 orang.
Tujuan dari Pengujian sondir dilapangan adalah:
1. Memperoleh parameter-parameter
perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan, dengan alat sondir (penetrasi
quasi statik).
2. Parameter
berupaperlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs), angka banding geser (Rf),
dan geseran. Total tanah (Tf), yang dapat dipergunakan untuk interpretasi
perlapisan tanah dan bagian dari desain fondasi.
Gambar 5.
Cone penetration test
Uji
SPT (Standart Penetration Test)
suatu
metode uji yang dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui, baik
perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik
penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding
tebal ke dalam tanah, disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan
tabung belah sedalam 300 mm vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini digunakan
palu dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara berulang dengan tinggi jatuh
0,76 m. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut
setebal 150 mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai
dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga
dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan
dalam pukulan/0,3 m).
Tujuannya dari uji SPT adalah:
untuk
memperoleh parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan dengan SPT,
yang dapat dipergunakan untuk identifikasi perlapisan tanah yang merupakan
bagian dari desain fondasi.
Gambar 6. Standart
penetration test
Uji
CBR di lapangan
Tujuan penggunaan CBR dilapangan adalah:
1.
Penentuan
tebal perkerasan (Full depth pavement) Untuk bagian jalan yang direncanakan
akan mendapatkan penanganan”Pelebaran jalan”.
2.
Penentuan
tebal lapis ulang”Overlay” diatas
jalan aspal apabila tidak dapat disedikan.
3.
Penentuan
tebal perkerasan jalan untuk bagian jalan yang harus direkonstruksi
4.
Penentuan
tebal perkerasan jalan baru.
Gambar 7.
Mesin penetrasi CBR
langsung ditempat
4. Aplikasi dinding
penahan tanah pada bangunan sipil keairan
Yang dimaksud dengan turap adalah konstruksi yang
dapat menahan tanah disekelilingnya, mencegah terjadinya kelongsoran, dan
biasanya terdiri dari dinding turap dan penyangganya, seperti yang
diperlihatkan Gambar 1.1. turap yang banyak dipakai adalah turap dengan tiang
tegak, papan turap, serta turap yang terdiri dari jajaran tiang-tiang, dan
kadang-kadang dipakai turap beton yang dicor di tempat (Cast-in-place) seperti
pada konstruksi tembok menerus di bawah tanah.
Macam Turap
Berhubung adanya berbagai cara untuk memasang turap atau bendungan elak
sementara, maka perlu dipilih caraa yang paling tepat, yaitu ditinjau dari mutu
tanah pondasi, tinggi muka air atau tinggi muka air tanah, keamanan atau
manfaat ekonomis yang diperlukan.
Konstruksi turap dapat digolongkan berdasarkan jenis dinding turapnya sebagai
berikut :
1. Turap dengan
tiang tegak dan papan turap.
2. Turap yang
terdiri dari deretan tiang-tiang.
3. Turap dari
beton yang dicor di tempat, sehingga merupakan tembok dibawah tanah.
Turap dari beton yang
dicor ditempat, sehingga merupakan tembok di bawah tanah, adalah suatu cara di
mana dinding turap dibuat dari tiang beton yang dicor di tempat. Untuk
membangun tembok di bawah tanah, ada dua macam cara, yang pertama adalah dengan
membuat tembok menerus, dan yang kedua adalah dengan membuat dinding dari
deretan kolom di bawah tanah. Pada tiang beton yang dicor ditempat,
sehingga merupakan tembok di bawah tanah, turap ini tidak dapat usah dibongkar
setelah pekerjaan selesai, dan dimanfaatkan sebagai bagian dari konstruksi itu
sendiri.
Gambar 8. Turap
sebagai dinding penahan tanah
2. Dinding Penahan (Retaining Wall)
Dinding penahan
tanah merupakan komponen struktur bangunan penting utama untuk jalan raya dan
bangunan lingkungan lainnya yang berhubungan tanah berkontur atau tanah yang
memiliki elevasi berbeda. Secara singkat dinding penahan merupakan dinding yang
dibangun untuk menahan massa tanah di atas struktur atau bangunan yang dibuat.
Bangunan dinding penahan umumnya terbuat dari bahan kayu, pasangan batu, beton
hingga baja. Bahkan kini sering dipakai produk bahan sintetis mirip kain tebal
sebagai dinding penahan tanah.
Gambar 9. Retaining
Wall / Dinding Penahan Tanah
3.
Aplikasi dinding halang pada bendungan urugan
Jenis-jenis dinding halang yang
sering digunakan pada bendungan urugan, yaitu :
·
Dinding halang puritan slari tanah-bentonit,
·
Dinding halang beton,
·
Dinding halang puritan slari semen-bentonit,
·
Dinding halang tiang, galerin Benton bersusun dan
dinding halang tipis.
Secara teori, semua jenis dinding halang
tersebut dapat didesain sebagai penghalang rembesan poitif (positive cut off).
Namun masih ada beberapa ketidak pastian di dalam desain dan pelaksanaan
konsruksi pada semua jenis dinding halang. Perencana harus memahami benar
kelebihan dan kekurangan setiap jenis dinding halang tersebut, agar dapat
dipilih jenis dinding halang yang paling sesuai dengan kondisi lapangan.
Agar efektif, dinding halang harus dipasanag menembus lapisan lolos air
sampai masuk kedalam lapisan kedap air. Dinding halang sepenggal (partial cut
off wall) yang hanya menembus 50 % lapisan lolos air hanya akan mampu
mengurangi debit rembesan sekitar 20 %. Walaupun demikian dinding halang
sepenggal, sering digunakan sebagai upaya pengendalian rembesan dengan cara
memotong emua zona lolos air di bagian atas lapisan yang mnungkin ada dan tidak
terdeteki selama investigasi.
5. Definisi
a. Negative skin friction
Gambar 10. Tiang pancang
Gaya geser negatif (negative skin friction) adalah suatu gaya
yang bekerja pada sisi tiang pancang dimana gaya tersebut justru bekerja kearah
bawah sehingga malah memberikan penambahan beban secara vertikal selain beban
luar yang bekerja. Negative skin friction berbeda dengan Positif skin
friction, karena positif skin friction justru membantu memberikan
gaya dukung pada tiang dalam melawan beban luar/vertikal yang bekerja dengan
cara memberikan perlawanan geser disisi-sisi tiang, dengan arah kerja yang
berlawanan dari arah gaya luar yang bekerja ataupun gaya dari negative skin
friction tersebut.
Negatif skin friction terjadi ketika lapisan tanah yang
diperkirakan mengalami penurunan yang cukup besar akibat proses konsolidasi,
dimana akibat proses konsolidasi ini, tiang mengalami gaya geser dorong kearah
bawah yang bekerja pada sisi sisi tiang (karena terbebani). keadaan ini disebut
sebagai keadaan dimana tiang mengalami gaya geser negatif (negative skin
friction).
b. End bearing and friction piles
Tumpuan Ujung (End Bearing Pile)
Gambar 11. End Bearing Pile
Penyaluran beban dimana sebagian besar daya dukungnya adalah akibat dari
perlawanan tanah keras pada ujung tiang. Tiang yang dimasukan sampai lapisan
tanah keras, secara teoritis dianggap bahwa seluruh beban tiang dipindahkan
kelapisan keras melalui ujung tiang. Anggapan tanah keras yang dimaksudkan
disini sebetulnya relatif dan tergantung dari beberapa faktor, antara lain
seperti besar beban yang harus dipikul oleh tiang.
Tumpuan
Geser/Sisi (Friction Pile)
Gambar 12. Friction Pile
Penyaluran beban dimana sebagian
besar daya dukungnya adalah akibat dari gesekan antara tanah dengan sisi- sisi
tiang pancang, atau dengan kata lain kemampuan tiang pancang dalam menahan
beban hanya mengandalkan gaya geseran antara tiang dengan tanah
disekelilingnya. Hal ini bisa terjadi karena pada dasarnya kenyataan dilapangan
mengenai data kondisi tanah tidak bisa diprediksi, sehingga sering kita
menjumpai suatu keadaan dimana lapisan yang memenuhi syarat sebagai lapisan
pendukung yang baik ditemui pada kedalaman yang dalam, sehingga untuk
mendapatkan tumpuan ujungnya kita perlu merogoh kocek lebih dalam dikarenakan
biayanya sangat mahal. Kenyataannya tumpuan diujung ini juga memiliki andil
dalam memberikan sumbangan daya dukung walaupun itu kecil.
Perbedaan dari kedua jenis tiang
pancang ini, semata-mata hanya dari segi kemudahan, karena pada umumnya tiang
pancang berfungsi sebagai kombinasi antara friction pile (tumpuan sisi)
dan end bearing pile (tumpuan ujung). Kecuali tiang pancang yang
menembus tanah yang sangat lembek sampai lapisan tanah dasar yang padat.
c. Efisiensi kelompok tiang
1.
Kapasitas Dukung Kelompok Tiang
Fondasi tiang pancang yang
umumnya dipasang secara berkelompok. Yang dimaksud berkelompok adalah
sekumpulan tiang yang dipasang secara relatif berdekatan dan biasanya
diikat menjadi satu dibagian atasnya dengan menggunakan pile cap. Untuk menghitung
nilai kapasitas dukung kelompok tiang, ada bebarapa hal yang harus diperhatikan
terlebih dahulu, yaitu jumlah tiang dalam satu kelompok, jarak tiang, susunan
tiang dan efisiensi kelompok tiang.
2.
Efisiensi Kelompok Tiang
Menurut Coduto (1983), efisiensi tiang
bergantung pada beberapa faktor, yaitu :
1.
Jumlah,
panjang, diameter, susunan dan jarak tiang.
2.
Model
transfer beban (tahanan gesek terhadap tahanan dukung ujung).
3.
Prosedur
pelaksanaan pemasangan tiang.
4.
Urutan pemasangan
tiang
5.
Macam tanah.
6.
Waktu
setelah pemasangan.
7.
Interaksi
antara pelat penutup tiang (pile cap) dengan tanah.
8.
Arah dari
beban yang bekerja.
d. Tekanan tanah lateral pada
kondisi”AT REST”
Suatu element
tanah yang terletak pada kedalaman tertentu akan terkena tekanan arah vertikal
ɞv dan tekanan arah horisontal ɞh. ɞv dan ɞh
masing-masing merupakan tekanan tanah aktiv dan tekanan total, sementara
itu tegangan geser pada bidang gerak dan bidang datar diabaikan. Bila dinding
penahan tanah dalam keadaan diam, yaitu bila dinding tidak bergerak kesalah
satu arah baik ke kanan atau ke kiri dari posisi awal, maka massa tanah berada
dalam keadaan keseimbangan elastis. Rasio tekanan arah horisontal dan tekanan
arah verrtikal dinamakan”koefisien
tekanan tanah dalam keadaan diam”.