Senin, 24 Desember 2012

Gregetan jangir



Enam bulan lalu, aku terperangkap diruang itu bersama puluhan teman-teman seangkatan dan seorang dosen yang sedang bercerita panjang lebar pasca lebaran idul fitri, aku masih ingat pagi itu, pagi pertama aku mulai kuliah di semester tiga. Namun kini, tidak terasa enam bulan pun berlalu, dan  sudah saatnya untuk mengikuti ujian UAS.
Bulan-bulan awal ketika aku bersantai, kupu-kupu istilah teman-teman. Dimana aku kuliah pulang, kuliah pulang dan bersantai lalu bingung sendiri karena tidak tahu mau ngapain sangat bertolak belakang dengan kini yang harus ngebut tubes atau tugas besar. Bingung Jangir, kepikiran koteg, inget transed dan SIG yang bikin mumet dengan kontur-konturnya.Lalu ada Hidrologi yang gag mungkin untuk dikesampingkan juga.Huft… pokoknya akhir semester itu adalah nerakanya kuliah.Diburu deadline asdos maupun dosen, belum lagi menyelesaikan tugas-tugas dosen yang bertumpuk dan kuis-kuis yang menari-nari didepan plus pratikum yang selalu menghantui, membuat rasa itu bercampur. Mumet, sumpek, stress, capek, lelah, bosan, jenuh dan akhirnya berujung pada sebuah kesensitifan tingkat akut membuatku gag bias diganggu dan dibecandain sedikit pun.
Begitu juga saat kejadian itu berlangsung, pagi itu ketika semua sibuk deadline tubes-tubes membuat teman-teman jadi emosi dan sensitive.Tak jauh beda dengan aku yang pagi itu sangat-sangat tidak dalam keadaan yang fresh, yang tidak baik, membuatku langsung  sangat kaget ketika membaca sms dari seorang sahabat.” Wie kamu jangir gugur? Coba konfirmasi ke mas hafidh” begitu kira-kira isinya.
Sebuah pesan yang membuat mataku sangat panas, bukan hanya karena isi sms sebenarnya, tapi lebih kepada aku sendiri, air mata itu memang sudah tertahan sejak beberapa lama dan pesan singkat itu membuatnya tak bisa terbendung lagi. Aku mencoba bertahan, segera ke himpunanan MP menemui mas hafidh.Beliau sedang sibuk ketika aku dating.Mengkoreksi tubes cus, salah satu teman seangkatanku, mas hafidh tenang-tenang saja dan tidak berkata apa-apa membuat aku berpikr dan tidak percaya. Lalu, langkahku selanjutnya tertuju pada Lab. Disana aku bertemu dengan teman-temen yang sibuk dengar jangir termasuk sahabat yang mengirimiku pesan itu, aku menemuinya.
Air mata  itu benar-benar tidak terbendung lagi aku menangis dihadapan seniorku, aku menangis didepan teman-temanku ketika dia menyodorkan selembar kertas. Kertas itu membuatku tidak bisa berkata apa-apa tapi aku juga tidak percaya kalau asdos yang merupakan kahimku itu setega itu padaku. Aku mengerjakan soal-soal tugas dan semuanya sudahku terselesaikan tapi ini apa? Apa ini??
Aku tidak bisa berhenti menangis dan tak bisa  berkata-kata lagi. Atas saran seorang teman aku kembali ke HMP, menemui asdosku. Aku datang dengan air mata yang mengalir, hanya mengatakan “mas” sambil menyodorkan selembar kertas, membuat mas hafidh bingung hingga akhirnya beliau kaget dan minta maaf kepadaku ketika mengatakan bahwa dia telah menggugurkankku pada tubes perencanaan jaringan irigasi ini. Ekspresinya membuat aku tertawa walau air mata ini tak juga mau berhenti, dan  Aku mulai tenang ketika dia mengganti isi kertas itu, lalu aku kembali ke Lab setelah itu  yang aku ingin saat itu hanyalah pulang.
Dikost, aku menangis tersedu-sedu bukan karena gugur jangir tapi karena aku ingin melepas semua yang sudah tertahan beberapa lama ini dan juga karena dia yang aku kasihi, karena dia tidak pernah bisa ada didekatku bahkan hanya untuk mengirim sebuah pesan singkat kepadaku disaat aku seperti ini. Aku kecewa tapi tidak pernah bisa marah padanya. Aku kesal dan selalu hanya bisa diam. Sibuk, selalu begitu…

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Masalah itu warna hidup dek. ^_^